Bukanlah rahasia jika jumlah para ahli selalu jauh lebih sedikit daripada orang awam. Tidak terkecuali di dunia industri, teknik, dan tentunya teknik kendali. Padahal, keberadaan para pakar sangatlah dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang rumit.
Kelangkaan pakar pun memunculkan inisiatif penciptaan sebuah sistem yang menyimpan pengetahuan para ahli ke dalam komputer. Selanjutnya, dilakukan suatu upaya agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang dilakukan oleh para ahli. Dengan sistem ini, orang awam pun dapat menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang sebenarnya merupakan ranah kerja para ahli. Oleh karenanya, sistem ini disebut sebagai sistem pakar (expert system).
Sistem pakar pertama, yaitu General-purpose Problem Solver (GPS), dikembangkan oleh Newel dan Simon pada pertengahan tahun 1960. Sayangnya, produk ini dianggap gagal karena cakupannya terlalu luas sehingga banyak meninggalkan pengetahuan-pengetahuan yang penting. Atas dasar pengalaman inilah, sistem pakar yang baik harus dibatasi ruang lingkupnya. Dengan demikian, pengetahuan ahli dapat dimasukkan sebanyak mungkin sehingga memungkinkan komputer untuk mengambil keputusan sebaik yang dilakukan oleh ahli. Sebuah sistem pakar yang baik, dituntut untuk menjadi ahli, memiliki keahlian, kemampuan untuk mengalihkan keahlian, melakukan inferensi, menjelaskan, serta memiliki aturan.
Keahlian merupakan kelebihan penguasaan di bidang tertentu sebagai buah dari pelatihan, membaca, ataupun pengalaman. Dengan kelebihan ini, para ahli akan dapat mengambil keputusan dengan lebih baik dan lebih cepat. Seorang ahli juga mampu menjelaskan sesuatu terkait bidang mereka, mempelajari hal-hal baru mengenainya, menyusun kembali pengetahuan-pengetahuannya, memecah-mecah aturan-aturan terkait keahliannya, serta menetukan relevansi keahlian mereka.
Agar suatu sistem dapat mengalihkan keahlian dari para ahli ke user yang bukan ahli, sistem tersebut haruslah menyimpan pengetahuan-pengetahuan dari ahli sehingga dapat diakses dan dimanfaatkan oleh user. Simpanan pengetahuan-pengetahuan tersebut, dapat berupa fakta maupun prosedur, dikenal sebagai basis pengetahuan. Selanjutnya, sistem diprogram agar dapat melakukan penalaran yang menghubungkan masukan-masukan dari user (basis data) dengan basis pengetahuan. Kedua basis ini diinferensikan dan dinalar agar dapat menghasilkan keputusan yang tepat. Untuk menghasilkan penalaran yang baik, prosedur sistem pakar biasa dibuat dalam aturan IF-THEN.
Terakhir, kemampuan yang paling membedakan sistem pakar dari sistem konvensional adalah kemampuannya untuk memberikan rekomendasi atas suatu permasalahan. Sistem konvensional biasanya hanya menghasilkan output dari input yang ada, tanpa bisa menjelaskan maupun memberikan rekomendasi.
Eksistensi sistem pakar sudah tentu sangat membantu dunia industri akan kebutuhan pakar. Kemudahan ini seyogyanya tidak membuat kita jadi meremehkan ilmu-ilmu dasar, yang sejatinya mendukung realisasi sistem pakar. Sebaliknya, sudah semestinya kita semakin menghargai ilmu-ilmu tersebut agar sistem pakar dapat semakin berkembang dan bermanfaat bagi kita.
You must log in to post a comment.